Apa
Jadinya Kita Tanpa Mereka?
Setiap
orang memiliki masa lalu. Baik masa lalu yang menyenangkan, memalukan, maupun masa lalu yang kelam. Begitupun bangsa
Indonesia.
Tahukah kalian bagaimana bangsa Indonesia di masa
lampau?
Ya, saya pikir kalian semua orang-orang yang cukup
berilmu untuk menghafal itu semua. Namun, saya masih punya 1 pertanyaan lagi.
Apakah Anda
sekalian pernah berpikir, bagaimana negara ini, khususnya kehidupan kita tanpa
seorang pahlawan?
Sebelum saya membahas membahas soal ini, izinkan
saya untuk memperkenalkan kembali bagaimana sosok pahlawan itu.
Kata pahlawan memang identik dengan perjuangan
maupun kemerdekaan. Figurnya yang gagah berani , rela berkorban, dan pantang
menyerah patut kita teladani. Rasa cintanya pada tanah air pun tak diragukan
lagi. Dengan semangat nasionalisme nya yang terus berkobar, mereka berjuang
mati-matian demi membela tanah air tercinta.
Maka tak salah jika dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia dikatakan bahwa pahlawan adalah orang yang pemberani dalam
mengorbankan jiwa dan raga untuk membela kebenaran; pejuang yang gagah berani.
Kembali ke topik awal.
Coba bayangkan, apa jadinya kita ini tanpa seorang
Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Pangeran Diponegoro, Mohammad Yamin, dan lain
sebagainya ?
Pengemis ? Gelandangan ?
Kita bahkan bisa lebih buruk dari itu. Kita, akan
menjadi seorang yang tak punya apa-apa, seperti nenek moyang kita terdahulu.
Harta, kekayaan, kekuasaan, jangankan itu, hak dan kewajiban pun kita tak
punya. Kita hanyalah boneka, yang diberi mukjizat nyawa untuk hidup, yang bisa
disetir sana-sini secara paksa.
Apakah kalian mengerti apa yang sedang saya
bicarakan?
Tiga ratus lima puluh tahun. Bukan hanya sekedar
bilangan yang tak bernilai apa-apa. Bukan pula waktu yang sebentar untuk
menjadi budak para monster yang biasa kita kenal dengan sebutan penjajah.
Dipaksa, dicaci maki, bahkan ditindas sekalipun dapat dilakukannya tanpa ampun
kepada rakyat Indonesia.
Mereka yang tak pernah rela menyerahkan seluruh
harta, tenaga, bahkan nyawa pada genggaman manusia tak berhati nurani itu.
Meninggal dalam keadaan tak wajar,seperti mati kelaparan, meninggal dalam
keadaan kerja yang dipaksakan seakan menjadi hal biasa kala itu.
Tak ada belajar, tak ada bersenang-senang. Mereka
rela melakukannya hanya untuk mewujudkan satu harapan suci. Sebuah kebebasan.
Kebebasan diri mereka sendiri dan kebebasan anak cucu mereka di masa depan,
yang biasa kita sebut dengan merdeka. Saya tekankan sekali lagi, yang mereka
inginkan bukanlah jabatan, kekuasaan, dan harta yang melimpah, tapi hanya
sebuah KEMERDEKAAN.
Jadi, masihkah kita mau membuang waktu untuk hal tak
berguna?
Mengabaikan waktu 350 tahun yang ditempuh untuk
melawan penjajah, atau melupakan berapa banyak liter darah yang tak segan-segan mereka tumpahkan demi
kehidupan kita yanng jauh lebih baik ini?
Sebagai penutup, saya akan membacakan sepatah kata mutiara, yaitu:
”Bukanlah sebuah rahasia, bila setiap kita adalah
seorang pahlawan. Hanya terkadang kita tidak menyadari akan hal tersebut.
Lakukanlah apa yang mau anda kerjakan, berikan yang terbaik dan anda telah
menjadi seorang pahlawan.”